Senin, 02 November 2015

Esai : Produk Impor VS Produk dalam Negeri

Saat ini apa pun yang ada di dunia ini serba maju dan perkembangan teknologi semakin pesat. Kita selalu menemukan bermacam-macam teknologi disekitar kita yang membuat segala sesuatunya menjadi lebih mudah dan praktis. Hampir semua rumah mempunyai televisi, sangat jarang kita menemukan rumah yang tidak mempunyai televisi. Sekarang pun semua orang menggunakan telepon genggam, bahkan anak yang masih bersekolah di sekolah dasar sudah banyak yang menggunakan telepon genggam. Mungkin sebagian menggunakan telepon genggam untuk menelepon orang tuanya, tapi sebagian besar yang lain mempunyai telepon genggam itu hanya digunakan sebagai ajang pamer terhadap teman-temannya. Selain itu, telepon genggam juga dapat menimbulkan kesenjangan sosial karena dengan telepon genggam kita jadi sibuk sendiri dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain.
Sehubungan dengan pamer, tak hanya anak yang bersekolah dasar saja yang melakukannya, tapi sampai orang dewasa pun sering memamerkan barang-barang mahal yang mereka punyai. Karena kebiasaan pamer itu, membuat masyarakat kita membudidayakan sifat konsumtif. Perhatikan saja mall dan pusat perbelanjaan lainnya, pasti tak pernah sepi, selalu ramai oleh orang-orang yang mengejar keinginan mereka. Padahal barang-barang yang mereka beli itu tidak dibutuhkan. Jadi, setelah puas dipamerkan barang tersebut hanya menjadi pajangan yang  sudah terabaikan oleh pemiliknya.
Tak hanya sampai disitu, selain mempunyai sifat konsumtif, masyarakat kita juga mempunyai sifat gengsi. Gengsi disini adalah tidak mau membeli dan menggunakan produk dalam negeri dan lebih memilih produk impor. Dimata mereka produk impor sangatlah sempurna, selain kedengarannya keren, produk impor juga mahal sehingga terlihat sangat membanggakan bila dipamerkan. Melihat fenomena ini, kita bisa menemukan besarnya rasa gengsi yang ditanamkan pada masyarakat di Indonesia. Banyak darri mereka yang malu menggunakan produk dalam negeri. Padahal produk Indonesia tak kalah bagusnya dengan produk luar dan tanpa kita sadari produk luar memakai bahan baku dari Indonesia. Misalnya saja, seperti yang dilansir oleh sorsow.com, bahwa brand fashion ternama Gucci menggunakan kain tenun asal Indonesia sebagai bahan bakunya.
Meskipun begitu, bukan hanya masyarakatnya saja yang ikut ambil andil terhadap terjadinya fenomena tersebut, Indonesia sendiri tidak menghargai hasil karya bangsa. Banyak orang-orang yang berpotensi dan menghasilkan barang-barang yang berguna. Sayangnya Indonesia tidak menghargainya dengan baik dan tidak diapresiasikan secara optimal sebagaimana mestinya. Akibatnya, negara lain yang membelinya dan memproduksinya. Betapa ironisnya negara kita.
Selain impor barang, akhir-akhir ini mulai masuk impor beras dan pangan lainnya. Sebenarnya semua hal itu untuk apa? Bukannya Indonesia mempunyai kekayaan alam yang tiada duanya. Mengapa masih harus mengimpor beras dan pangan lainnya? Apakah kekayaan alam kita mulai berkurang atau petani mulai malas untuk bertani?
Mengenai kekayaan alam kita yang mulai berkurang itu benar adanya. Kekayaan alam kita secara terus menerus dikeruk oleh orang-orang yang tidak berperasaan. Hutan-hutan pun ditebangi dan dibakar hanya untuk membangun sebuah pabrik atau lahan baru, seperti lahan untuk kelapa sawit. Dan mirisnya lagi yang mengeruk kekayaan alam kita bukanlah kita sendiri tapi perusahaan-perusahaan asing. Dan dari hasil pengerukan tersebut kita hanya mendapatkan sedikit saja. Mengapa kita tidak mengolah kekayaan kita sendiri? Bukannya itu akan menguntungkan buat kita? Kita yang mengeruk,  kita juga yang mendapatkan hasilnya. sehingga tidak ada lagi campur tangan perusahaan asing.
Bagi saya Indonesia terlalu malas untuk mengerjakan hal-hal dalam seperti itu. Mereka hanya menyerahkannya pada orang lain dan hanya mau menerima hasil jadinya saja. Ibaratnya Indonesia ini seperti bos yang tidak tahu apa-apa sehingga dapat dibodohi oleh karyawannya.
Agar keadaan ini tidak terus berlanjut dan mengakibatkan hal yang lebih parah, sudah seharusnya kita mulai mensugesti diri kia sendiri untuk tidak membeli barang berlebihan dan menyadarkan diri kita sendiri untuk tidak melakukan pemborosan. Kita juga harus berani menghapus sifat gengsi yang kita miliki.
Pemerintah juga harusnya membiayai riset-riset yang dilakukan untuk mempermudah dalam menghasilkan barang-barang yang berkualitas agar kita tidak hanya ikut menikmati teknologi saja tetapi juga ikut mengembangkannya juga. Sehingga Indonesia juga menjadi negara yang produktif sehingga tidak tergantung pada negara asing lagi. Dengan begitu rakyat Indonesia akan sejahtera karena penduduknya produktif.
Kita juga harus menumbuhkan budaya mencintai produk dalam negeri. Karena meskipun kita sudah bisa memproduksi namun tidak ada yang membelinya juga tidak akan bisa berkembang. Mungkin barang buatan dalam negeri tidak sebagus kualitas produk luar dan tidak seterkenal produk luar karena kita masih baru dalam memproduksi. Dengan itu kita harus selalu mendukungnya dengan lebih memilih untuk membeli produk dalam negeri daripada produk impor.

Dengan cara-cara tersebut sedikit demi sedikit kita bisa menaikkan derajat Indonesia, sehingga kita tidak lagi dimanfaatkan oleh negara lain melainkan memanfaatkan negara kita dengan tangan kita sendiri demi kesejahteraan kita sendiri, massyarakat Indonesia. 

Penulis : Roja Rofifah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar