Saat ini apa pun yang
ada di dunia ini serba maju dan perkembangan teknologi semakin pesat. Kita
selalu menemukan bermacam-macam teknologi disekitar kita yang membuat segala
sesuatunya menjadi lebih mudah dan praktis. Hampir semua rumah mempunyai televisi,
sangat jarang kita menemukan rumah yang tidak mempunyai televisi. Sekarang pun
semua orang menggunakan telepon genggam, bahkan anak yang masih bersekolah di
sekolah dasar sudah banyak yang menggunakan telepon genggam. Mungkin sebagian
menggunakan telepon genggam untuk menelepon orang tuanya, tapi sebagian besar
yang lain mempunyai telepon genggam itu hanya digunakan sebagai ajang pamer terhadap
teman-temannya. Selain itu, telepon genggam juga dapat menimbulkan kesenjangan sosial
karena dengan telepon genggam kita jadi sibuk sendiri dan tidak mau
bersosialisasi dengan orang lain.
Sehubungan dengan
pamer, tak hanya anak yang bersekolah dasar saja yang melakukannya, tapi sampai
orang dewasa pun sering memamerkan barang-barang mahal yang mereka punyai. Karena
kebiasaan pamer itu, membuat masyarakat kita membudidayakan sifat konsumtif.
Perhatikan saja mall dan pusat perbelanjaan lainnya, pasti tak pernah sepi,
selalu ramai oleh orang-orang yang mengejar keinginan mereka. Padahal
barang-barang yang mereka beli itu tidak dibutuhkan. Jadi, setelah puas
dipamerkan barang tersebut hanya menjadi pajangan yang sudah terabaikan oleh pemiliknya.
Tak hanya sampai
disitu, selain mempunyai sifat konsumtif, masyarakat kita juga mempunyai sifat
gengsi. Gengsi disini adalah tidak mau membeli dan menggunakan produk dalam
negeri dan lebih memilih produk impor. Dimata mereka produk impor sangatlah
sempurna, selain kedengarannya keren, produk impor juga mahal sehingga terlihat
sangat membanggakan bila dipamerkan. Melihat fenomena ini, kita bisa menemukan
besarnya rasa gengsi yang ditanamkan pada masyarakat di Indonesia. Banyak darri
mereka yang malu menggunakan produk dalam negeri. Padahal produk Indonesia tak
kalah bagusnya dengan produk luar dan tanpa kita sadari produk luar memakai
bahan baku dari Indonesia. Misalnya saja, seperti yang dilansir oleh sorsow.com,
bahwa brand fashion ternama Gucci menggunakan kain tenun asal Indonesia sebagai
bahan bakunya.
Meskipun begitu, bukan
hanya masyarakatnya saja yang ikut ambil andil terhadap terjadinya fenomena
tersebut, Indonesia sendiri tidak menghargai hasil karya bangsa. Banyak orang-orang
yang berpotensi dan menghasilkan barang-barang yang berguna. Sayangnya Indonesia
tidak menghargainya dengan baik dan tidak diapresiasikan secara optimal
sebagaimana mestinya. Akibatnya, negara lain yang membelinya dan memproduksinya.
Betapa ironisnya negara kita.
Selain impor barang,
akhir-akhir ini mulai masuk impor beras dan pangan lainnya. Sebenarnya semua
hal itu untuk apa? Bukannya Indonesia mempunyai kekayaan alam yang tiada
duanya. Mengapa masih harus mengimpor beras dan pangan lainnya? Apakah kekayaan
alam kita mulai berkurang atau petani mulai malas untuk bertani?
Mengenai kekayaan alam
kita yang mulai berkurang itu benar adanya. Kekayaan alam kita secara terus
menerus dikeruk oleh orang-orang yang tidak berperasaan. Hutan-hutan pun
ditebangi dan dibakar hanya untuk membangun sebuah pabrik atau lahan baru,
seperti lahan untuk kelapa sawit. Dan mirisnya lagi yang mengeruk kekayaan alam
kita bukanlah kita sendiri tapi perusahaan-perusahaan asing. Dan dari hasil
pengerukan tersebut kita hanya mendapatkan sedikit saja. Mengapa kita tidak
mengolah kekayaan kita sendiri? Bukannya itu akan menguntungkan buat kita? Kita
yang mengeruk, kita juga yang mendapatkan
hasilnya. sehingga tidak ada lagi campur tangan perusahaan asing.
Bagi saya Indonesia
terlalu malas untuk mengerjakan hal-hal dalam seperti itu. Mereka hanya
menyerahkannya pada orang lain dan hanya mau menerima hasil jadinya saja. Ibaratnya
Indonesia ini seperti bos yang tidak tahu apa-apa sehingga dapat dibodohi oleh
karyawannya.
Agar keadaan ini tidak
terus berlanjut dan mengakibatkan hal yang lebih parah, sudah seharusnya kita
mulai mensugesti diri kia sendiri untuk tidak membeli barang berlebihan dan
menyadarkan diri kita sendiri untuk tidak melakukan pemborosan. Kita juga harus
berani menghapus sifat gengsi yang kita miliki.
Pemerintah juga
harusnya membiayai riset-riset yang dilakukan untuk mempermudah dalam
menghasilkan barang-barang yang berkualitas agar kita tidak hanya ikut
menikmati teknologi saja tetapi juga ikut mengembangkannya juga. Sehingga Indonesia
juga menjadi negara yang produktif sehingga tidak tergantung pada negara asing
lagi. Dengan begitu rakyat Indonesia akan sejahtera karena penduduknya
produktif.
Kita
juga harus menumbuhkan budaya mencintai produk dalam negeri. Karena meskipun
kita sudah bisa memproduksi namun tidak ada yang membelinya juga tidak akan
bisa berkembang. Mungkin barang buatan dalam negeri tidak sebagus kualitas
produk luar dan tidak seterkenal produk luar karena kita masih baru dalam
memproduksi. Dengan itu kita harus selalu mendukungnya dengan lebih memilih
untuk membeli produk dalam negeri daripada produk impor.
Dengan
cara-cara tersebut sedikit demi sedikit kita bisa menaikkan derajat Indonesia,
sehingga kita tidak lagi dimanfaatkan oleh negara lain melainkan memanfaatkan
negara kita dengan tangan kita sendiri demi kesejahteraan kita sendiri,
massyarakat Indonesia.
Penulis : Roja Rofifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar