Kamis, 08 September 2016

Morfologi Kota



Kota-Kota Nusantara
Perkembangan Kota Pesisir di Nusantara

Kota pesisir atau yang biasa disebut waterfront city merupakan kawasan perkotaan yang berada di tepi air seperti laut, sungai, danau, dan sebagainya. Kota ini memeiliki karakteristik open access dan juga multi fungsi. Contoh kota pesisir di Indonesia antara lain, Banten, Cirebon, dan Makassar. Perkembangan kota pesisir dimulai dari factor geografis dan sejarah Indonesia pada satu abad terakhir. Di Indonesia, kota pesisir berawal dari pelabuhan dan kawasan pesisir yang mejadi pusat kegiatan perdagangan dan pemerintahan kota. Perkembangan kota ini sangat pesat, dimulai dari di tepi air, kemudian meluas hingga ke daratan lainnya yang dominan perkembangannya dominan menjadi lebih pesat. Perkembangan kota pesisir di Indonesia selalu berawal dari pelabuhan dan kawasan pesisir yang menjadi pusat kegiatan perdagangan dan pemerintahan kota. Kota ini  telah menjadi bagian dari rute dan pintu gerbang perdagangan internasional, pertukaran budaya bangsa, dan lambang kemakmuran bangsa serta kesejahteraan rakyat, sehingga memainkan peran ekonomi dan sosial-budaya yang penting dalam perkembangan budaya Nusantara. Kota pesisir memiliki ciri seperti aksesbilitas yang baik, karena kebanyakan pintu gerbang kota ini yaitu pelabuhan, dimana banyak sekali kegiatan masyarakat yang bertempat disana, salah satunya perdagangan. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara kepulauan, pasti banyak terjadi proses pertuakaran barang dan jasa maupun migrasi di pelabuhan tersebut. Sehingga kota ini berpotensi menjadi pusat perdagangan, jasa industri, dan pariwisata. Meskipun memiliki potensi yang baik, kota pesisir juga merupakan kawasan rentan bencana yang besar, seperti tsunami dan abrasi pantai.
            Kota pesisir juga memiliki struktur morfologis sendiri. Adapun struktur morfologis kota pesisir antara lain :
  • Didominasi oleh kawasan tempat tinggal penguasa seperti keraton, alun-alun, masjid pada kota dengan pengaruh islam. Seperti yang kita tahu, pada zaman dahulu persebaran agama islam saat kuat dengan melalu perdagangan dan jalur perairan. Dengan pintu utama pelabuan, maka pesebaran agama islam di kota pesisir bisa dibilang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan islam serta tempat peninggalannya seperti keraton islam dan masjid
  • Dominasi pada armada laut, meguasai perairan dagang. Contohnya pada masa kerajaan Sriwijaya
  • Memiliki hubungan yang kuat dengan daerah pedalaman (hinterland). Contohnya pada kota Banten yang banyak terdapat peninggalan-peninggalan sejarah dikota tersebut
  • Struktur kota ditandai dengan gradasi konsentrik istana dan bangunan suci sebagai pusat, dikelilingi permukiman aristocrat dan pemuka agama. Di ring luar dihuni kelas menengah, dan ring paling luar dihuni masyarakat kebanyakan serta pedagang asing.
Tipe kota konsentrik yaitu seperti lingkaran, dengan pusat kota ditengah. Lanjut ke ring selanjutnya yaitu hunian masyarakat menengah dan ring terluar merupakan hunian para bangsawan atau masyarakat keatas. Tipe ini juga sudah diterapkan pada kota pesisir di nusantara pada zaman dahulu
Kehancuran Kota-Kota Nusantara
Kota-kota di Indonesia juga pernah mengalami masa kemunduran dan kehancuran. Apalagi setelah datangnya para pedagang dari Eropa. Berikut beberapa penyebab hancurnya kota-kota di nusantara :
  •  Kedatangan bangsa Eropa sebagai pedagang (abad ke-17). Para pedagang eropa datang ke Indonesia melalui jalur laut, sehingga menyebabkan kawaasan perdagangan disekitar pesisir semakin pesat. Hal ini menyebabkan banyak penduduk yang awalnya tinggal ditengah kota pindah ke kawasan pesisir. Perpindahan penduduk ini sulit diantipasi pada masa itu, sehingga pusat kota menjadi sepi
  • Pos perdagangan merusak system ekonomi Indonesia, seperti adanya monopoli perdagangan yang dilakukan oleh bangsa Eropa
  • System pertukaran barang Eropa yang menyederhanakan birokrasi perdagangan (pajak lokal berkurang). Akibat pajak lokal berkurang, maka pendapatan didaerah tersebut juga berkurang, sehingga penyediaan infrastruktur dikota tersebut menjadi terhambat
  • Muncul kota Indiche yang dikelola oleh Belanda. Para bangsa Eropa yang datang dan melakukan perdagangan di Indonesia tentu tidak dalam jangka waktu yang sebentar. Untuk menjaga kepentingan bangsa tersebut, maka mereka mendirikan permukiman sendiri khusus untuk pedagang asing (bangsa Eropa). Hal ini juga menjadi salah satu penyebab kehancuran kota di nusantara pada masa itu
Perkembangan Kota Kolonial
KOTA KOLONIAL (KOTA TRIPATRITE)
Dibentuk oleh 3 elemen (Nas. 1997)

o   Kawasan Pribumi (kraton – kampung)
Kawasan tempat tinggal yang dihuni oleh para pribumi pada masa kolonial. Biasanya ditempatkan menurut sekumpulan yang menghuni kawasan tersebut, yaitu para pribumi.
o   Kawasan Pecinan (bangunan shop house)
Kawasan pecinan biasanya kawasan perdagangan yang mayoritas dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Kawasan ini biasa berbentuk toko-toko yang berjejer di sepanjang jalan.
o   Kawasan Asing (Eropa – dibentuk dari benteng dan perumahan pegawai kolonial)
Kawasan ini berisi perumahn tempat tinggal para para petinggi Eropa dan pegawainya. Biasanya dilengkapi benteng untuk melindungi tempat tinggal mereka.

KONFIGURASI 3 ELEMEN TIDAK SEMUA SAMA
Elemen lain dapat mendominasi satu sama lain, contoh:
·         Kawasan Pribumi : benteng mendominasi kraton
·         Kawasan Lasem : kawasan pecinan lebih mendominasi
·         Kawasan Palembang : kraton lebih dominan dari pada benteng
·         Kota Manado : benteng lebih dominan dari kraton


Kota Manado
sumber: www.bode-talumewe.blogspot.com


Gambar 2. Kota Batavia
sumber: https://ariesaksono.wordpress.com/2007/12/19/

 


Kota Lasem, Rembang
sumber : http://klentengtao.com/author/admin/


Palembang, Kerajaan Sriwijaya
sumber: http://kesultanan-palembang.blogspot.co.id/2012/01/sejarah-misteri-kerajaan-sriwijaya.html
MODERNISASI KOTA KOLONIAL

Yang mempengaruhi modernisasi kota kolonial adalah terjadinya interaksi dengan kota-kota metropolitan dunia. Proses terjadinya modernisasi tersebut bersifat konvergen dan divergen.

Fragmented City

          Fragmented city atau yang dalam bahasa Indonesianya adalah Kota Terpecah adalah kota yang bentuknya adalah terpecah-pecah. sebenarnya jika dilihat dalam skala kecil kota ini termasuk kota yang kompak dan teratur, namun dalam proses perkembangannya tidak secara teratur sehingga setelah berkembang maka kota ini termasuk dalam kota yang berbentuk tidak kompak dan terpecah-pecah. kota yang terpecah-pecah ini membentuk sebuah exclaves, dimana kota-kota disekitarnya tidak berhubungan langsung dengan kota induknya, sehingga kota-kota tersebut berhubungan namun tidak secara langsung berhubungan dengan induknya. hal ini bisa terjadi karena bentuk kota tersebut tidaklah teratur melainkan berpencar-penar. gejala atau hal yang dapat dilihat apakah kota tersebut merupaka kota yang terpecah adalah dapat dilihat dari terjadinya perluasan wilayah kota tersebut, adanya pembuatan jalan lingkar, adanya pertumbuhan memanjang, dan adanya pusat-pusat kegiatan baru. sedangkan dampak yang dihasilkan dari kota yang berbentuk terpecah-pecah ini adalah spekulasi pemilikan lahan, defisiendi infrastruktur, dan kota berkembang dengan bentuk terpecah-pecah (fragmented city).

Bentuk kota dikategorikan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk kompak dan tidak kompak. Fragmented city atau bisa disebut sebagai kota terpecah merupakan salah satu bentuk kota yang tidak kompak. Kota ini berbentuk seperti satellite yang terdiri dari kota induk dan daerah sekitarnya.

            Definisi Fragmented city menurut Balbo, 1997, adalah :
1. Kota-kota di dunia ketiga yang tersusun dari bagian-bagian yang tidak membentuk suatu keseluruhan yang homogen sebagai sebuah organisme tunggal.
2. Kota-kota yang terangkai secara fisik menjadi satu tapi secara arsitektural dan sosial terpisah
3. Merupakan fragmen-fragmen (pecahan-pecahan) yang disebaban oleh proses urbanisasi yang menghasilkan pola diskontuinitas yang menerus.

         Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Fragmented city sendiri merupakan kota yang bentuk awalnya kompak dalam skala kecil dan saling menyatu sehingga membentuk kota besar. Namun, perluasan areal kota tersebut tidak langsung menyatu dengan induknya karena terdiri dari areal-areal yang mempunyai karakter berbeda dari segi arsitektual maupun sosialnya. Kota dengan bentuk fragmented city ini banyak ditemui di negara berkembang yang awalnya merupakan permukiman perdesaan yang berkembang menjadi kota karena dipengaruhi proses urbanisasi.

Kelompok 10
Ariesa Ertamy 08151004
Dahlia Nur Hidayanti 08151010
Maghfirah R.I. 08151018
Roja Rofifah    08151036
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar