Kamis, 20 Desember 2018

Pengelolaan Pariwisata Pesisir di Taman Nasional Taka Bonerate, Kabupaten Selaya, Sulawesi Utara

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam kedua terbesar di dunia setelah Brazil, begitupun dengan kekayaan biota lautnya. Dimana diketahui Indonesia memiliku luasan laut mencapai 5.176.800 km2 dengan panjang pantai 95.181 km yang memiliki jumlah biota laut sebesar 7.714 spesies (Setiawan, 2000). Sehingga dapat dikatakan Indonesia memiliki potensi wilayah pesisir yang sangat besar. Berdasarkan data, jumlah kabupaten atau kota yang mempunyai wilayah pesisir di Indonesia pada tahun 2002 adalah sebanyak 219 kabupaten atau kota, dengan kata lain terdapat 68% diantaranya yang memiliki wilayah pesisir. Kabupaten atau kota di Indonesia masing-masing memiliki karakteristik fisik wilayah pesisir yang berbeda. Sehingga membutuhkan penanganan pengelolaan yang berbeda. Salah satunya adalah Kepulauan Taka Bonerate yang berada di Kabupaten Selayar, Sulawesi Utara, ini memiliki potensi sumber daya pesisir yang beragam dan perlu dikembangkan pemanfaatannya guna kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi yang dapat ditemukan dalam Kepulauan Taka Bonerate adalah potensi sebagai pariwisata bahari. Sehingga pengembangan yang harus dilakukan terhadap daerah ini adalah dengan memperhatikan segala aspek yang ada untuk mengembangkannya menjadi daerah pariwisata.
Taman Nasional Taka Bonerate merupakan salah satu Taman Nasional Laut yang mempunyai ciri yang khas topografi kawasan yang sangat unik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Karang atol di Taman Nasional Taka Bonerate ini merupakan karang atol terbesar ketiga di dunia dengan luas sekitar 220.000 Ha dan terumbu karang tersebar datar seluas 500 km2 (Suharsono et al., 1995). Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Taka Bonerate juga sangat tinggi, terdapat 261 jenis terumbu karang yang sudah teridentifikasi, 295 jenis ikan karang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting, 244 jenis moluska, serta berbagai jenis penyu (Setiawan, n.d.). Akan tetapi pengembangan Taman Nasional Taka Bonerate sebagai salah satu destinasi utama dari wisata bahari masih belum begitu dikenal jika dibandingkan dengan Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Wakatobi. Hal tersebut dikarenakan rendahnya promosi dan aksesibilitas yang sulit menuju Taman Nasional Taka Bonerate.
Potensi wisata bahari yang dimiliki Kepulauan Taka Bonerate sebenarnya masih sangat beragam, sayangnya pengembangannya belum dilakukan secara maksimal. Sebenarnya sektor bahari di kepulauan ini cukup menjanjikan bagi pengembangan potensi pesisir dan laut, dimana selain letaknya yang strategis, yaitu di gugusan karang atol terbesar ketiga dunia, terdapat panorama bawah laut sangat menarik dengan keanekaragaman biota yang tinggi, karang dengan keanekaragaman tinggi serta adanya goa-goa yang berada di dinding terumbu. Perairan jernih dengan jarak pandang sampai 30-40 meter. Pola arus tidak terlalu kuat yang dapat dipakai sebagai sarana kegiatan dalam menikmati pemandangan bawah laut. Selain keindahan alam bawah laut, pengunjung juga  dapat menyaksikan berbagai jenis flora yang tumbuh hijau di sepanjang pantai. Di samping itu, taman nasional ini juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan  pembudidayaan (Saputra, 2016).
Kepulauan Taka Bonerate terdiri dari 21 pulau, akan tetapi hanya terdapat 7 pulau yang berpenghuni secara tetap yaitu Pulau Rajuni Besar, Pulau Rajuni Kecil, Pulau Tarupa Kecil, Pulau Latondu, Pulau Jinatu, Pulau Pasitalu Tengah dan Pulau Pasitalu Timur. Penduduk yang tinggal di daerah tersebut merupakan tiga kelompok etnik suku Bajo, Bugis dan Buton. Hampir seluruh penduduk yang mendiami Taka Bonerate adalah bermata pencaharian sebagai nelayan dengan alat tangkap yang masih tradisional. Ditambah masyarakat di kepulauan tersebut sangat bergantung dengan sumber daya laut Taka Bonerate dan tidak mempunyai keterampilan lainnya (Saputra, 2016).
Adapun penanganan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar masih terkesan lambat untuk ikut mempromosikan Taman Nasional Taka Bonerate. Salah satunya adalah kondisi sarana dan prasarana pendukung wisata yang kurang memadai, seperti belum ada pelayaran reguler yang menghubungkan antara Pulau Selayar dengan pulau-pulau di Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Sehingga memerlukan waktu tempuh yang sangat lama sekitar 6-8 jam menggunakan transportasi laut mengingat lokasi Taman Nasional Taka Bonerate cukup jauh dari ibu kota kabupaten (Saputra, 2016). Hal ini didukung dengan kurang sigapnya pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah yang menghambat perkembangan pembangunan di wilayah pesisir Taka Bonerate, selain itu program antara pengelola kawasan Taka Bonerate dengan pemerintah daerah masih belum sepenuhnya bisa berjalan beriringan. Akibatnya Taman Nasional Taka Bonerate kurang diminati bila dibandingkan dengan Taman Nasional Wakatobi misalnya, padahal kedua kawasan ini sama-sama ditetapkan sebagai taman nasional dalam waktu yang berdekatan.
Berdasarkan kondisi eksisting yang terdapat di Taman Nasional Taka Bonerate, dapat diketahui bahwa taman nasioanal tersebut memiliki potensi wisata bahari yang sangat potensial dengan keindahan terumbu karang dan biota lautnya. Namun, potensi yang sedemikian besar ini kurang mendapat perhatian oleh masyarakat pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Masyarakat belum bisa memanfaatkannya secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan ilmu dan keterampilan pada masyarakat sekitar Kepulauan Taka Bonerate, akibatnya pendapatan masyarakatnya rendah dan kurang dapat berkontribusi besar bagi pendapatan daerahnya. Begitu juga dengan pemerintah, kebijakan-kebijakan yang pro terhadap pelestarian sumber daya alam khususnya ekosistem sumber daya hayati belum menunjukkan adanya keinginan yang tegas dan jelas. Akibat kurangnya kesadaran menjaga lingkungan, pengerukan sumber daya secara besar-besaran, dan keterbatasan mengenai teknologi yang mengakibatkan pengambilan hasil laut secara ilegal yang membuat kerusakan pada ekosistem laut khususnya terumbu karang.
Masalah yang terdapat di Taman Nasional Taka Bonerate dapat diatasi dengan melakukan pengembangan pengelolaan wilayah pesisir melalui wisata bahari. Pengembangan pesisir yang memang dinilai cukup menjanjikan adalah selain dengan menjadikannya sebagai daerah penangkapan ikan ataupun budidaya yaitu dengan menjadikan wilayah pesisir tersebut menjadi sebuah tempat yang selalu digemari yakni sebagai tempat pariwisata, apalagi bila ditawarkan berbagai kegiatan wisata yang dapat bersifat ekonomis, yang dapat menambah peningkatan pendapatan devisa negara dan peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan, seperti pemancingan hingga wisata olahraga air. Namun, sebelumnya diperlukan upaya dari pemerintah agar pariwisata di Taman Nasional Taka Bonerate semakin dikenal wisatawan. Upaya-upaya tersebut diantaranya dengan membenahi strategi pengembangan wisata laut melalui peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pengembangan wisata laut, serta penyediaan sistem informasi pariwisata dan program promosi. Selain itu juga perlu memppertimbangkan faktor penunjang seperti akses transportasi, telekomunikasi dan lainnya. Dengan demikian rencana pengembangan pariwisata bahari dapat terukur dan tetap sasaran.
Akan tetapi, apabila sudah terciptanya sebuah kegiatan wisata di daerah pesisir maka banyak juga hal yang perlu diperhatikan terutama masalah ekologisnya. Hal ini memang penting, bercermin pula pada pesisir yang sudah maju yang tidak memperhatikan kondisi ekologi dalam pengembangannya maka akan terjadi pencemaran, overfishing, degradasi fisik habitat pesisir, dan abrasi pantai. Sehingga diperlukan pengelolaan pariwsata pesisir yang terpadu dan berkelanjutan yang utamanya memperhatikan konsep yang seimbang antara pembangunan dan konservasi. Oleh karena itu, kehadiran Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil diharapakan untuk dijadikan sebagai dasar dalam pengelolaan wilayah pesisir dengan harapan bahwa keragaman sumber daya alam yang tinggi dan sangat penting yang terkandung di dalamnya dapat dikembangkan untuk kepentingan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan hidup agar dikelola secara berkelanjutan dan terpadu dengan memperhatikan aspirasi dan partisipasi masyarakat.
            Adapun demi kelancaran perencanaan dan pengelolaan pariwisata pesisir di Taman Nasional Taka Bonerate tersebut diperlukan keterlibatan dan partisipasi dari beberapa stakeholder terkait seperti harus adanya koordinasi antara Pemerintah Daerah dan masyarakat sekkitar termasuk pengelola taman nasional. Dengan menerapkan prinsip co-responsibility yaitu bahwa keberadaan kawasan Taman Nasional Taka Bonerate menjadi tanggung jawab bersama karena pengelolaan kawasan wisata bahari merupakan tujuan bersama Ketiga prinsip tersebut dilaksanakan secara terpadu, sehingga fungsi kelestarian ekosistem dalam kawasan aman Nasional Taka Bonerate dapat tercapai dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat sekitar. Oleh karena itu agar masyarakat mampu berpartisipasi, maka perlu peningkatan pemberdayaan baik ekonomi, sosial dan pendidikan. Untuk meningkatkan itu semua, dibutuhkan peran pemerintah dan pihak terkait dalam memberdayakan masyarakat sekitar kawasan agar meningkat kesejanteraannya. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses pemanfaatan potensi pariwisata yang ada di Takabonerate, agar mereka dapat merasakan keuntungan dari proses tersebut. Dengan demikian, mereka akan turut dalam melestarikan potensi tersebut. Selain itu pemerintah juga sebaiknya membangun dan meningkatkan sarana prasarana, salah satunya dengan membuat jalur transportasi yang memadai dari Pulau Selayar ke Takabonerate agar pulau tersebut mudah dijangkau dan dapat lebih dikenal oleh para wisatawan. Dengan begitu, pariwisata di Taman Nasioanal Taka Bonerate akan meningkat dengan pesat.



DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Dedi H. 2016. Potensi Wisata di Pulau Takabonerate. WSBM Universitas Hasanuddin
Setiawan, Heru. 2000. Pengembangan Wisata Bahari di Taman Nasional Taka Bonerate  dan Implikasi Pengelolaannya. https://www.academia.edu/11063462/ diakses pada 18 Desember 2018
Suharsono et al., 1995. Wisata Bahari Kepulauan Taka Bonerate dan Kepulauan    Lucipara. Puslitbang Oceanologi LIPI, Jakarta
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-         Pulau Kecil